Gerbangrakyat.com – Pada perdagangan hari ini, Kamis (1/2/2024), mata uang rupiah melemah ke level Rp15.788 per dolar AS. Pelemahan ini terjadi seiring dengan pengumuman The Federal Reserve (The Fed) yang memutuskan untuk menahan suku bunga pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) tanggal 30-31 Januari 2024. Data Bloomberg mencatat bahwa rupiah membuka perdagangan melemah sebanyak 0,03% atau 5 poin, mencapai level Rp15.788.
Sebaliknya, indeks dolar menguat sebesar 0,05%, mencapai level 103,407. Mata uang kawasan Asia juga mengalami pergerakan yang bervariasi terhadap dolar AS. Yen Jepang menguat 0,10%, dolar Singapura naik 0,04%, won Korea naik 0,11%, rupee India menanjak 0,09%, ringgit Malaysia naik 0,06%, dan bath Thailand naik 0,16%. Namun, dolar Hong Kong, yuan China, dan peso Filipina melemah bersama rupiah dengan turun masing-masing sebesar 0,01%, 0,17%, dan 0,01%.
Pertemuan FOMC The Fed pada 31 Januari 2024, di Amerika Serikat, menghasilkan keputusan untuk mempertahankan suku bunga acuan pada kisaran 5,25%-5,5%. Keputusan ini diambil dengan suara bulat oleh anggota komite. Sebelumnya, Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, telah memproyeksikan fluktuasi mata uang rupiah dengan penutupan pada rentang Rp15.760 – Rp15.840 per dolar AS.
Ibrahim Assuaibi menjelaskan bahwa data ekonomi AS yang solid telah membuat para pedagang menurunkan perkiraan pemangkasan suku bunga pada bulan Maret. FedWatch Tool milik CME Group mencatat penurunan dari sekitar 89% pada bulan lalu menjadi 42%. Para analis memperkirakan langkah pertama The Fed dalam menurunkan suku bunga bertujuan untuk mencegah kesenjangan yang terlalu lebar antara inflasi dan suku bunga.
Imbal hasil Treasury turun dan dolar melemah setelah indikasi dari Powell pada bulan Desember bahwa The Fed akan beralih ke siklus pelonggaran. Data hari Selasa menunjukkan peningkatan tak terduga pada lowongan pekerjaan AS dan kepercayaan konsumen AS yang mencapai level tertinggi dalam dua tahun pada bulan Januari.
Investor juga memperkirakan penurunan suku bunga Bank Sentral Eropa pada bulan April. Di tengah dinamika global, Dana Moneter Internasional (IMF) mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk periode 2023 dan 2024 tetap di angka 5%. IMF mengambil proyeksi ini berdasarkan asumsi kebijakan fiskal dan moneter Indonesia.
Revisi proyeksi ekonomi global 2024 oleh IMF, dari 2,9% menjadi 3,1%, menunjukkan beberapa negara di Asia Tenggara menunjukkan ketahanan luar biasa dengan pertumbuhan yang semakin cepat. Namun, mitra dagang Indonesia, China, masih diproyeksikan tumbuh melambat karena konsumsi dan investasi yang lebih lemah. Di Uni Eropa, aktivitas diperkirakan akan sedikit pulih setelah tahun 2023 yang penuh tantangan.
Proyeksi dari lembaga internasional ini sejalan dengan target pemerintah Indonesia yang optimistis mencapai pertumbuhan ekonomi di atas 5% pada 2023 dan mematok target 5,2% pada 2024.