Gerbangrakyat.com – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan harga beras telah merambah ke 268 daerah di Indonesia menjelang bulan puasa dan lebaran tahun 2024. Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menyoroti peningkatan ini, dengan menyebutkan bahwa harga rata-rata nasional beras telah mencapai Rp15.387 per kg, meningkat dari pekan sebelumnya yang hanya mencapai Rp15.246 per kg.

“Dilihat secara spasial, terdapat beberapa wilayah di Sumatra dan Jawa yang masih mengalami lonjakan harga beras cukup signifikan, berkisar antara 10 persen hingga 30 persen,” ungkapnya dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah, seperti yang dikutip dari YouTube Kemendagri pada Senin (26/2).

Menyikapi kondisi ini, Pudji menegaskan perlunya langkah nyata untuk mengendalikan laju kenaikan harga beras, terutama mengingat bulan depan adalah bulan Ramadan.

Di sisi lain, Deputi Bidang Kerawanan Pangan dan Gizi Badan Pangan Nasional (Bapanas), Nyoto Suwignyo, menekankan perlunya pemerintah untuk terus menyuplai beras ke pasar. Nyoto menyebutkan bahwa beras yang disalurkan adalah Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) buatan Perum Bulog.

Hingga 23 Februari 2024, realisasi penyaluran beras SPHP mencapai 160.803 ton, dengan DKI Jakarta, Banten, Jawa Timur, dan Jawa Barat menjadi wilayah penyaluran terbesar. Bapanas berharap capaian ini dapat ditingkatkan menjadi 200 ribu ton hingga 250 ribu ton, termasuk juga ke ritel modern.

“Pemenuhan beras SPHP di ritel modern harus terus dilakukan di seluruh wilayah dan akan terus dipantau bersama-sama oleh seluruh kementerian/lembaga terkait dan pemerintah daerah,” tegasnya.

Di sisi lain, Kepala Divisi Perencanaan Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog, Epi Sulandari, melaporkan bahwa Bulog telah menyalurkan 7.785 ton beras SPHP kepada ritel modern di Indonesia hingga 25 Februari 2024.

Namun, Deputi III Kantor Staf Presiden (KSP), Edy Priyono, mengapresiasi langkah Bulog dalam melakukan pasar murah dan membanjiri ritel modern dengan beras SPHP, meskipun menyatakan perlunya beberapa perbaikan.

Edy menyebut adanya temuan di lapangan tentang antrean panjang warga untuk mendapatkan beras Bulog, yang disebabkan oleh minimnya pasokan di ritel modern.

“Ketersediaan beras di pasar ritel modern masih banyak yang kosong, khususnya di minimarket. Ini menandakan belum optimalnya pasokan beras premium dan SPHP ke minimarket, dan diduga menjadi salah satu penyebab antrean panjang di berbagai kegiatan pasar murah yang dilakukan oleh Bulog,” ungkap Edy.

“Kami prihatin melihat kondisi ini. Antrean yang panjang, bahkan ada yang sampai pingsan, menciptakan ketidaknyamanan yang merugikan kita semua karena menimbulkan kesan krisis pangan, padahal pasokan beras sebenarnya ada,” tambahnya.

Sumber : CNN Indonesia

Share: