Gerbangrakyat.com – Kecelakaan tragis kembali terjadi, Sebuah bus pariwisata Trans Putra Fajar yang mengangkut rombongan pelajar SMK Lingga Kencana Depok terlibat dalam kecelakaan maut di Kecamatan Ciater, Subang, Jawa Barat pada Sabtu (11/5/24). Insiden yang menewaskan 11 orang ini diduga disebabkan oleh rem blong yang menghantam bus tersebut.

Menurut keterangan dari Direktorat Lalu Lintas Polda Jawa Barat, Kombes Wibowo, diduga penyebab kecelakaan ini adalah rem blong. Sopir bus diketahui sempat melakukan perbaikan pada bagian pengereman saat istirahat.

“Berdasarkan keterangan sementara, beberapa korban yang selamat menyatakan adanya indikasi rem blong. Sopir melakukan perbaikan rem saat istirahat makan,” ungkap Kombes Wibowo dikutip dari Detik.com.

Kasus kecelakaan akibat rem blong di Indonesia bukanlah hal baru. Menurut pengamat transportasi Djoko Setijowarno, kecelakaan seperti ini sering terjadi terutama pada bus dan truk yang melintasi jalan menurun dengan menggunakan gigi tinggi tanpa memanfaatkan engine brake dan exhaust brake kendaraan.

“Fenomena kecelakaan rem blong pada bus dan truk di Indonesia hampir selalu terjadi di jalur menurun dan kebanyakan terjadi karena penggunaan gigi yang tidak tepat serta kurangnya pemanfaatan engine brake dan exhaust brake,” tutur Djoko kepada detikOto.

Data dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menunjukkan bahwa sebanyak 90% kasus kecelakaan bus dan truk disebabkan oleh masalah pada sistem rem. Hal ini sebenarnya dapat diantisipasi dengan melakukan perawatan rutin, khususnya pada bagian pemeriksaan rem yang merupakan salah satu aspek penting dalam menjaga keselamatan berkendara.

Jusri Pulubuhu, seorang praktisi Road Safety & Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), menyoroti aspek penyebab tidak langsung dari kecelakaan ini. Menurutnya, sistem rekrutmen dan perawatan kendaraan merupakan faktor penting yang sering kali diabaikan.

“Dalam banyak kasus, proses rekrutmen sopir truk dan bus kurang memperhatikan kualifikasi yang dibutuhkan. Selain itu, kurangnya perhatian terhadap pengembangan dan pelatihan sopir serta kebijakan perusahaan yang cenderung menunda penggantian komponen kendaraan yang sudah aus juga turut menyumbang pada masalah ini,” ujar Jusri dalam wawancaranya dengan detikcom.

Jusri menekankan perlunya peningkatan kesadaran akan keselamatan berkendara di masyarakat Indonesia serta perbaikan sistem secara menyeluruh untuk mencegah terulangnya tragedi serupa di masa depan.

Share: