Gerbangrakyat.com – Di tengah gelombang kesadaran masyarakat akan pentingnya gaya hidup sehat dan gizi yang seimbang, muncul fenomena baru yang dikenal sebagai “superfood”. Namun, apakah istilah ini sebenarnya memiliki landasan ilmiah yang kuat?

Superfood, yang secara umum terdiri dari makanan nabati, ikan, dan produk susu dengan kandungan nutrisi tinggi, telah menjadi sorotan dalam tren kesehatan modern. Blueberry, salmon, kale, dan acai adalah beberapa contoh yang sering disebut sebagai superfood, berkat kandungan vitamin, mineral, dan antioksidannya yang tinggi.

Namun, sebelum kita terjebak dalam euforia superfood, American Heart Association mengingatkan bahwa istilah “superfood” sebenarnya bukanlah terminologi ilmiah. Tidak ada kriteria baku yang secara resmi menetapkan makanan mana yang dapat disebut sebagai superfood. Sebagai gantinya, istilah ini lebih cenderung menjadi strategi pemasaran yang digunakan oleh produsen makanan untuk menarik perhatian konsumen.

Despina Hyde, seorang ahli gizi terdaftar di New York University’s Langone Medical Center, menjelaskan bahwa istilah superfood sebagian besar merupakan strategi pemasaran. Meskipun beberapa makanan seperti salmon dan kale memiliki manfaat kesehatan yang signifikan, istilah superfood sendiri tidak memiliki kategori makanan yang jelas.

Kritik terhadap istilah superfood tidak hanya berkutat pada kekurangannya dalam aspek ilmiah, tetapi juga pada praktik pemasaran yang terkadang menyesatkan. Banyak produsen makanan yang menggunakan istilah ini untuk menciptakan persepsi bahwa produk mereka adalah pilihan terbaik untuk kesehatan, meskipun tidak selalu demikian.

Teh hijau dalam botol yang dikomersialkan seringkali dicampur dengan gula berlebihan, sementara “super-juice” dapat mengandung tambahan gula yang tidak sehat. Praktik semacam ini, dikenal sebagai “healthwashing”, dapat membahayakan konsumen yang tidak menyadari jumlah gula yang mereka konsumsi.

Selain itu, konsumsi superfood dalam jumlah berlebihan juga dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan. Konsep bahwa makanan “super” dapat dikonsumsi dalam jumlah tak terbatas adalah sebuah kesalahan. Ahli gizi mendorong untuk mengonsumsi segala sesuatu dalam porsi yang moderat, termasuk superfood.

Dalam realitasnya, makanan sehat tidak selalu perlu diberi label “superfood” untuk memiliki nilai gizi yang tinggi. Sayuran hijau gelap seperti bayam dan sawi, buah-buahan seperti stroberi dan cranberry, serta kacang-kacangan dan biji-bijian utuh, semuanya memiliki manfaat kesehatan yang luar biasa tanpa harus disebut sebagai superfood.

Jadi, alih-alih terjebak dalam tren konsumsi superfood, penting bagi kita untuk memahami nilai nutrisi dari berbagai jenis makanan dan membangun pola makan yang seimbang dan beragam. Kesehatan tidak hanya bergantung pada satu atau dua makanan “ajaib”, tetapi pada keseluruhan pola makan yang mendukung tubuh dengan baik.

Share: