Gerbangrakyat.com – Tari Lenso merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang berasal dari Maluku, dengan ciri khas penggunaan sapu tangan atau selendang dalam gerakannya.
Tarian ini tidak hanya menampilkan keindahan gerakan, tetapi juga sarat dengan nilai-nilai kultural dan historis yang mendalam.
Dengan berbagai fungsinya dalam upacara adat hingga hiburan, Tari Lenso menjadi salah satu simbol kebudayaan masyarakat Maluku yang terus lestari hingga kini.
Sejarah Singkat Tari Lenso
Tari Lenso memiliki akar yang dalam dalam sejarah Indonesia, terutama pada masa penjajahan Portugis dan Belanda. Kata “lenso” sendiri berasal dari bahasa Portugis yang berarti sapu tangan.
Sejarah mencatat bahwa tarian ini mulai dikenal di kalangan masyarakat umum saat perayaan ulang tahun Ratu Wilhelmina di Ambon pada tahun 1612. Saat itu, tari Lenso ditampilkan secara terbuka dalam pesta rakyat yang digelar oleh pemerintah kolonial Belanda.
Menariknya, tarian ini sempat diperkenalkan ke kancah internasional oleh Presiden Soekarno, yang membawanya ke sejumlah negara dalam rangka kunjungan kenegaraan.
Hal ini menunjukkan bahwa Tari Lenso tidak hanya menjadi simbol budaya lokal, tetapi juga bagian dari diplomasi budaya Indonesia di era tersebut.
Fungsi dan Makna Tari Lenso
Tari Lenso memiliki beragam fungsi dalam kehidupan masyarakat Maluku, antara lain sebagai tarian penyambutan tamu, sarana hiburan, dan bagian dari ritual adat. Berikut adalah beberapa fungsi utama dari Tari Lenso:
- Penyambutan Tamu. Tarian ini sering ditampilkan saat menyambut tamu kehormatan dalam acara-acara adat. Gerakan lembut dan penuh makna dari para penari melambangkan rasa hormat dan ketulusan masyarakat Maluku dalam menerima tamu.
- Hiburan Rakyat. Selain sebagai tarian penyambutan, Tari Lenso juga berfungsi sebagai hiburan. Ada tradisi di mana sapu tangan yang dibawa penari akan diberikan kepada salah satu penonton yang kemudian diajak menari bersama. Ini menjadi salah satu daya tarik dari tarian ini sebagai bentuk interaksi antara penari dan penonton.
- Ritual Adat. Dalam masyarakat Maluku, Tari Lenso juga menjadi bagian dari ritual adat, terutama dalam acara-acara syukuran seperti panen raya. Tarian ini dianggap sebagai media untuk menyampaikan rasa syukur kepada leluhur dan alam.
- Simbol Kekerabatan. Tari Lenso bukan hanya tentang gerakan, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai kekerabatan dalam masyarakat. Gerakan yang penuh kelembutan menggambarkan hubungan harmonis antaranggota masyarakat dan tamu.
Keunikan Gerakan Tari Lenso
Tari Lenso memiliki tiga gerakan dasar yang menjadi ciri khasnya, yaitu gerakan maju, gerakan jumput, dan gerakan mundur. Ketiga gerakan ini tidak hanya estetis, tetapi juga mengandung makna filosofis yang mendalam.
- Gerakan Maju. Gerakan ini dilakukan dengan langkah kaki maju secara bergantian, yang melambangkan keterbukaan dan penghormatan kepada tamu.
- Gerakan Jumput. Gerakan ini mengajarkan pentingnya kesederhanaan dan keterbukaan. Penari menekuk lutut dan menggoyangkan bahu sambil memutar sapu tangan, yang menandakan sikap rendah hati dan tidak membedakan kelas sosial.
- Gerakan Mundur. Gerakan ini dilakukan secara perlahan, menggambarkan fleksibilitas dan adaptasi terhadap perubahan, serta mengekspresikan keterbukaan masyarakat Maluku terhadap tamu yang datang.
Pola Lantai dan Properti Tari Lenso
Pola lantai yang digunakan dalam Tari Lenso biasanya berbentuk garis lurus, meskipun dalam beberapa kesempatan, pola ini dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan acara.
Sapu tangan, sebagai properti utama, menjadi elemen yang paling unik dalam tarian ini. Penggunaan sapu tangan bukan hanya sebagai pelengkap, tetapi juga menjadi simbol dari filosofi tarian ini.
Selain itu, kostum yang dikenakan oleh para penari juga cukup sederhana namun anggun. Biasanya, para penari perempuan mengenakan kebaya putih dengan kain atau rok menyala. Hiasan kepala berupa konde dan bunga ron menambah kesan elegan pada penampilan para penari.
Perbedaan Tari Lenso Maluku dan Minahasa
Meskipun Tari Lenso identik dengan Maluku, tarian ini juga dikenal oleh masyarakat Minahasa di Sulawesi Utara. Ada beberapa perbedaan mendasar antara Tari Lenso Maluku dan Minahasa.
Di Maluku, tarian ini biasanya dibawakan oleh penari perempuan dengan sapu tangan sebagai properti utama. Sementara itu, di Minahasa, tarian ini bisa dibawakan oleh penari laki-laki dan perempuan dengan selendang sebagai atribut utamanya.
Kesimpulan
Tari Lenso bukan hanya sekadar tarian tradisional, tetapi juga simbol kekerabatan, penghormatan, dan akulturasi budaya yang kaya.
Dengan segala keunikannya, Tari Lenso terus bertahan sebagai bagian penting dari warisan budaya Indonesia, khususnya Maluku.
Kehadirannya dalam berbagai acara adat maupun hiburan membuktikan bahwa tarian ini memiliki daya tarik yang tak lekang oleh waktu, sekaligus menjadi media penting dalam menjaga dan melestarikan kebudayaan lokal di tengah arus modernisasi.