Gerbangrakyat.com – Pasukan pemerintah junta Myanmar terus menerima tekanan yang tak kenal lelah dari milisi etnis di negara tersebut. Berita terbaru menunjukkan bahwa militer junta mengalami kekalahan dalam pertempuran yang berkepanjangan.

Seorang warga di wilayah Mrauk-U memberikan laporan kepada Radio Free Asia (RFA) pada Selasa (12/2/2024), mengungkapkan bahwa militer menyerah setelah Milisi Etnis Arakan menyergap kantor polisi yang dijaga oleh junta.

“Pertempuran di Mrauk-U telah usai. Saya mendengar mereka menyerah. Namun, Milisi Arakan melancarkan serangan terhadap batalion militer. Pasukan junta menyerah setelah komandan batalion tewas,” ungkap seorang warga.

Milisi Arakan juga melancarkan serangan terhadap kantor polisi penjaga perbatasan di sebuah desa pesisir besar beberapa mil di utara Sittwe, Koe Tan Kauk. Pasukan junta melawan dengan kekuatan udara, laut, dan artileri berat hingga Jumat pagi.

“Saya dapat memastikan bahwa kantor polisi itu telah dikuasai. Inilah sebabnya penembakan tidak terdengar lagi. Mereka diserang dengan pesawat tempur, tetapi kini sudah lenyap,” tambahnya.

Perang saudara terus berkecamuk di Myanmar sejak junta militer yang dipimpin oleh Min Aung Hlaing merebut kekuasaan dari pemerintahan sipil pada Februari 2021. Kudeta tersebut memicu protes massal yang ditindas secara brutal oleh junta, memicu reaksi dari beberapa milisi etnis di negara itu yang menentang rezim yang dianggap otoriter.

Aliansi Tiga Persaudaraan, yang juga melibatkan Milisi Arakan, melaporkan bahwa mereka berhasil menenggelamkan tiga kapal pendarat angkatan laut junta baru-baru ini. Mereka juga mengklaim berhasil menghancurkan kapal perang lainnya di wilayah Rakhine.

Penduduk setempat melaporkan kepada RFA bahwa tentara junta dari batalion Kyauktaw sedang mundur menuju Sittwe di Sungai Kaladan ketika Milisi Arakan menghadang dan menenggelamkan mereka. Namun, belum ada verifikasi resmi mengenai kejadian ini.

Seorang akademisi hubungan internasional dari American University, Aung San Win, mengatakan bahwa serangan tersebut memiliki dampak yang signifikan karena junta sangat bergantung pada armada lautnya di wilayah Rakhine.

“Saya pikir, saat armada laut mereka diserang dan dihancurkan secara strategis, mereka akan menghadapi kesulitan yang besar,” ujarnya.

Sumber : CNBC Indonesia

Share: