Gerbangrakyat.com – Swedia dan Finlandia mengumumkan minat mereka untuk bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara pada Mei 2022 lalu, dengan Finlandia berhasil menyelesaikan proses penerimaan dalam waktu satu tahun. Namun, bagi Swedia, prosesnya terhambat oleh sikap oposisi dari Turki dan Hungaria.

Oscar Jonsson, seorang peneliti di Universitas Pertahanan Swedia, mengungkapkan bahwa data empirik menunjukkan bahwa Rusia tidak pernah menyerang negara anggota NATO, meskipun telah menginvasi dua negara yang sedang dalam proses penerimaan. Proses penerimaan Swedia menjadi tantangan terutama karena oposisi dari Turki dan Hungaria.

dilansir dari Detik.com Pemerintah Swedia dan anggota NATO telah melakukan upaya diplomatik intensif selama 20 bulan terakhir untuk mempengaruhi Ankara dan Budapest. Perubahan sikap Turki terjadi setelah AS memberikan lampu hijau untuk pembelian jet tempur F16, sedangkan Hungaria menginginkan pesawat JAS-Gripens buatan Swedia sebagai syarat persetujuan.

Sebelum resmi menjadi anggota NATO, Swedia telah meratifikasi berbagai perjanjian kerja sama dan aktif berpartisipasi dalam operasi NATO sejak dekade 1990an. Meskipun demikian, komitmen ini tidak sekuat Pasal 5 Perjanjian Atlantik Utara yang menjamin sistem pertahanan “satu untuk semua, semua untuk satu” bagi anggota NATO.

Menteri Pertahanan Swedia, Pal Jonson, menyatakan bahwa keanggotaan NATO akan memungkinkan Swedia untuk meminta bantuan dari NATO dalam situasi krisis, memberikan rasa aman di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik.

Oscar Jonsson menolak anggapan bahwa keanggotaan NATO akan meninggalkan tradisi netralitas politik dan militer Swedia selama 200 tahun. Ia menunjukkan bahwa bergabung dengan Uni Eropa pada tahun 1995 telah menciptakan perubahan yang lebih besar terhadap cara hidup Swedia.

Meskipun demikian, keanggotaan NATO mendapat dukungan luas di Swedia sejak invasi Rusia terhadap Ukraina. Finlandia juga menyatakan keinginan untuk bergabung, menciptakan solidaritas di tembok utara dan memberikan jaminan keamanan bagi negara-negara sekutu.

Jim Townsend, seorang analis di Center for a New American Security (CNAS), menyebut bergabungnya Swedia dan Finlandia sebagai “penting bagi NATO,” mengintegrasikan kedua negara ke dalam struktur pertahanan di utara Eropa.

Keanggotaan Swedia diharapkan membawa manfaat bagi NATO, termasuk industri pertahanan canggih, kompetensi tinggi dalam pengembangan teknologi, dan cadangan mineral kritis yang vital bagi industri pertahanan. Meskipun mungkin memicu serangan hibrida dari Rusia, pemahaman realistik tentang ancaman menciptakan tingkat kewaspadaan yang tinggi di kalangan warga Swedia.

Bergabungnya Swedia dianggap sebagai kegagalan besar bagi Rusia secara politis, karena ekspansi NATO menjadi sesuatu yang ingin dihindari oleh pihak Rusia.

Share: