Gerbangrakyat.com – Indonesia kaya akan keragaman budaya, salah satunya adalah kesenian tari. Salah satu bentuk seni tari yang unik dan penuh makna adalah Tari Kethek Ogleng yang berasal dari Pacitan, Jawa Timur. Tari ini terinspirasi dari gerakan kera dan pertama kali diciptakan oleh seorang seniman lokal pada awal tahun 1960-an. Dalam artikel ini, kita akan membahas sejarah, perkembangan, serta keunikan gerakan dalam seni Kethek Ogleng.
Asal-Usul dan Inspirasi Kethek Ogleng
Tari Kethek Ogleng pertama kali diperkenalkan oleh seorang pemuda bernama Sutiman pada tahun 1962. Inspirasi tari ini datang ketika Sutiman memperhatikan gerakan lincah kera-kera yang bermain di antara pepohonan. Dari pengamatan ini, ia kemudian menciptakan gerakan tari yang meniru kelincahan kera tersebut, yang kemudian dikenal sebagai “kethek ogleng”.
Tidak hanya terinspirasi oleh gerakan alamiah kera, Sutiman juga memadukan ilmu beladiri yang ia pelajari untuk memperkaya gerakan tari ini. Tarian ini pertama kali dipertunjukkan di hadapan Lurah Tokawi saat itu, Daman Harjo Prawiro, di Pendopo Kabupaten Pacitan, dan mendapat sambutan positif dari para penonton. Sejak saat itu, Kethek Ogleng mulai berkembang dan menjadi semakin populer di kalangan masyarakat lokal.
Perkembangan Tari Kethek Ogleng
Seiring berjalannya waktu, Kethek Ogleng tidak hanya menjadi hiburan rakyat, tetapi juga dipertunjukkan dalam acara-acara formal. Pada tahun 1972, tari ini diangkat menjadi salah satu bentuk penyambutan tamu di Pendopo Kabupaten Pacitan. Kepopulerannya terus berkembang hingga kini, di mana tarian ini menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya lokal Pacitan.
Sutiman kemudian bekerja sama dengan tim karawitan dari Desa Tokawi untuk menyempurnakan pertunjukan tari ini. Ia diiringi oleh musik tradisional yang dimainkan oleh tim karawitan, serta tembang yang dinyanyikan oleh sinden Rinem. Kolaborasi ini menambah kesan dramatis dan indah dalam setiap pertunjukan Kethek Ogleng.
Ciri Khas dan Gerakan Tari Kethek Ogleng
Keunikan Kethek Ogleng terletak pada gerakan tari yang mengadopsi gerakan kera dengan sentuhan stilatif dan distortif. Gerakan stilatif adalah gerakan yang dilakukan secara berulang-ulang, sementara gerakan distortif adalah gerakan yang diubah dari gerakan aslinya untuk menciptakan keindahan dan estetika yang lebih dinamis.
Gerakan utama yang menjadi ciri khas Kethek Ogleng antara lain adalah:
- Koprol dan akrobatik, gerakan berguling yang mencerminkan kelincahan kera.
- Duduk termenung, meniru posisi duduk kera dengan tangan di atas lutut.
- Berjalan seperti kera, dilakukan dengan tangan dan kaki menapak tanah, tubuh membungkuk, dan pandangan mata ke depan.
- Berinteraksi dengan penonton, dengan gerakan kera yang usil dan lucu.
- Menerima hadiah dari penonton, di mana penari menirukan gerakan kera saat menerima sesuatu.
Selain itu, iringan musik tradisional dengan alat musik seperti kenong dan gong menambah kesan khas dalam setiap pertunjukan Kethek Ogleng. Suara alat musik ini menghasilkan efek bunyi “gleng-gleng-gleng” yang menjadi latar suara tarian ini.
Dua Versi Kethek Ogleng
Seiring berkembangnya waktu, Kethek Ogleng mengalami beberapa modifikasi yang menghasilkan dua versi utama, yaitu versi klasik dan sendratari. Pada versi klasik, tarian ini biasanya berlangsung selama 7 menit dan lebih fokus pada gerakan-gerakan murni yang meniru kera. Versi ini sering ditampilkan sebagai hiburan singkat dalam berbagai acara lokal.
Sementara itu, versi sendratari memiliki durasi yang lebih panjang, sekitar 40 menit. Versi ini lebih dramatis karena mengadaptasi cerita Panji Asmorobangun, sebuah legenda yang sangat terkenal di Jawa Timur. Dalam versi sendratari, gerakan-gerakan Kethek Ogleng disesuaikan dengan narasi cerita, sehingga lebih mengedepankan unsur dramatis dan ekspresi emosi dari penarinya.
Kesimpulan
Kethek Ogleng bukan sekadar tari yang menghibur, tetapi juga merupakan warisan budaya yang mencerminkan kreativitas dan kearifan lokal masyarakat Pacitan. Gerakannya yang unik, serta perpaduan dengan cerita rakyat dan iringan musik tradisional, membuat tari ini tetap relevan dan menarik untuk dinikmati hingga saat ini. Sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia, Kethek Ogleng tidak hanya patut dilestarikan, tetapi juga harus terus diperkenalkan kepada generasi muda sebagai bentuk kebanggaan terhadap warisan leluhur.