Gerbangrakyat.com – Setelah melalui riak-riak kecil dan tensi dinamika sosial politik yang kian tinggi, suasana mirip bara api dalam sekam di Pacitan. Beberapa peristiwa tak terduka, Gempa dan hujan turut memberi warna konstelasi pilkada Pacitan. Kepala dan perangkat Desa, guru PAUD dan ASN serta TNI POLRI yang terindikasi terafiliasi dengan paslon tertentu membuat suasana kebatinan dan alam Pacitan ikut berpijar. Bagai bara api dalam sekam.

Salah seorang penggiat kawaskithàn Pacitan, Panembahan NuRoso Jati memberikan statement, “Situasi ini mirip pilihan bupati antara pak Sutris ke Pak Yono. Saat itu masyarakat resah dengan isu kayu yang di tanam di lahan rakyat, tapi giliran mau menjual harus mengurus dokumen Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan. Pada akhirnya pak Yono mengirim 4 orang utusan ke Kementerian Kehutanan dan mulai saat itu sengon laut jadi komoditas hutan unggulan di Pacitan. Pabrik playwood pun juga ikut bermunculan.”

Masih menurut pria kelahiran Arjosari ini, “Aìr bersih di kemarau dan Anggaran yang kurang tepat membuat kemrungsung masyarakat Pacitan. Alam kemudian terkoneksi dengan frekuensi ini. Muga-muga tidak sampai nemahi rubido. Segeralah bertaubat bagi poro nayoko yang mengemban toto projo.”

Fenomena terakhir gagalnya agenda KPUD untuk menggelar salah satu tahapan pilkada berupa debat para paslon. Bola panas cenderung liar ini masih menjadi misteri. Konon paslon 01 sudah menyarankan untuk memindah acara. Tapi KPU tidak bergeming. Team hukum paslon 01, Muzayin, SH; MHum berkomentar, :Saya melihatnya begini, KPU Pacitan kurang profesional ( kurang ) :

  1. LO (Legal Officer) paslon 01, sdh mengusulkan acara debat dilakukan di gedung, karena BMKG sudah memperkirakan akan turun hujan, tetapi KPU D mengatakan mudah-mudahan tidak hujan, dan menolak usulan LO paslon 01
  2. KPU Pacitan, tidak membuat Plan A dan Plan B, untuk antisipasi.
  3. Ketua KPU Pacitan menyatkan Debat Paslon telah selesai (selesai) padahal acara debat belum dibuka (dimulai).”

Jelang Pilkada Pacitan, Situasi Mirip Bara Api Dalam Sekam

Gerbangrakyat.com – Setelah melalui riak-riak kecil dan tensi dinamika sosial politik yang kian tinggi, suasana mirip bara api dalam sekam di Pacitan. Beberapa peristiwa tak terduka, Gempa dan hujan turut memberi warna konstelasi pilkada Pacitan. Kepala dan perangkat Desa, guru PAUD dan ASN serta TNI POLRI yang terindikasi terafiliasi dengan paslon tertentu membuat suasana kebatinan dan alam Pacitan ikut berpijar. Bagai bara api dalam sekam.

Salah seorang penggiat kawaskithàn Pacitan, Panembahan NuRoso Jati memberikan statement, “Situasi ini mirip pilihan bupati antara pak Sutris ke Pak Yono. Saat itu masyarakat resah dengan isu kayu yang di tanam di lahan rakyat, tapi giliran mau menjual harus mengurus dokumen Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan. Pada akhirnya pak Yono mengirim 4 orang utusan ke Kementerian Kehutanan dan mulai saat itu sengon laut jadi komoditas hutan unggulan di Pacitan. Pabrik playwood pun juga ikut bermunculan.”

Masih menurut pria kelahiran Arjosari ini, “Aìr bersih di kemarau dan Anggaran yang kurang tepat membuat kemrungsung masyarakat Pacitan. Alam kemudian terkoneksi dengan frekuensi ini. Muga-muga tidak sampai nemahi rubido. Segeralah bertaubat bagi poro nayoko yang mengemban toto projo.”

Fenomena terakhir gagalnya agenda KPUD untuk menggelar salah satu tahapan pilkada berupa debat para paslon. Bola panas cenderung liar ini masih menjadi misteri. Konon paslon 01 sudah menyarankan untuk memindah acara. Tapi KPU tidak bergeming. Team hukum paslon 01, Muzayin, SH; MHum berkomentar, :Saya melihatnya begini, KPU Pacitan kurang profesional ( kurang ) :

  1. LO (Legal Officer) paslon 01, sdh mengusulkan acara debat dilakukan di gedung, karena BMKG sudah memperkirakan akan turun hujan, tetapi KPU D mengatakan mudah-mudahan tidak hujan, dan menolak usulan LO paslon 01
  2. KPU Pacitan, tidak membuat Plan A dan Plan B, untuk antisipasi.
  3. Ketua KPU Pacitan menyatkan Debat Paslon telah selesai (selesai) padahal acara debat belum dibuka (dimulai).”

Share: