Civitas Academica UII Tabur Bunga sebagai Peringatan Kematian Demokrasi

Gerbangrakyat.com – Sejumlah civitas academica Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta menggelar aksi tabur bunga sebagai bentuk peringatan atas matinya demokrasi Republik Indonesia. Aksi tersebut dilakukan di depan Gedung Auditorium Prof KH Abdul Kahar Muzakkir, Kampus Terpadu UII, Sleman, DIY, pada Kamis (14/3).
Dilansir dari CNN Indonesia Para dosen, guru besar, jajaran dekanat, alumni, dan dipimpin oleh Rektor UII, Fathul Wahid, turut serta dalam aksi tersebut. Mereka menabur bunga di atas replika keranda bertuliskan ‘demokrasi’, yang kemudian diangkut oleh perwakilan dosen dan mahasiswa. Acara tersebut didahului dengan pembacaan orasi dan pernyataan sikap UII yang menyoroti ‘Kematian Demokrasi di Indonesia’.
Aksi ini dilakukan 30 hari setelah pemilu serentak 2024 pada 14 Februari lalu, dimulai pukul 14.14 WIB. Dalam pernyataan sikapnya, Fathul menyatakan bahwa tanda-tanda kematian demokrasi telah terasa sejak awal pemerintahan Presiden Joko Widodo. Segregasi sosial dengan label “kadrun versus kampret” disebut sebagai sarana untuk melemahkan struktur demokrasi.
Pernyataan sikap tersebut juga menyoroti tindakan-tindakan yang dianggap merusak demokrasi, seperti pembatasan terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), penindasan terhadap pengkritik pemerintah, dan manipulasi terhadap mekanisme konstitusional.
Menurut Fathul, tindakan terkasar adalah intervensi terhadap Mahkamah Konstitusi untuk meloloskan Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden. Bagi civitas UII, hal ini merupakan serangan terhadap independensi lembaga peradilan dan pengkhianatan terhadap semangat Reformasi 1998.
Rektor UII, Fathul Wahid, menyampaikan bahwa UII merasa memiliki tanggung jawab moral dan historis untuk berjuang menegakkan demokrasi yang sesuai dengan konstitusi dan menghormati hak asasi manusia. Sejumlah tuntutan disampaikan, antara lain penegakan etika berbangsa dan bernegara, pemulihan independensi peradilan, serta peran partai politik dan elemen masyarakat dalam menjaga demokrasi.
Aksi tersebut juga menyerukan kepada lembaga negara seperti KPU, Bawaslu, DKPP, dan Ombudsman RI untuk mengusut semua kecurangan pemilu, termasuk yang dilakukan oleh Presiden Jokowi. Para aktivis masyarakat sipil juga didorong untuk menolak menjadi bagian dari kekuasaan yang diperoleh dengan tidak etis.
Civitas academica UII berharap agar para tokoh kritis nasional bersatu dalam membangun oposisi permanen terhadap rezim politik dinasti yang dianggap sebagai pembunuh demokrasi di Indonesia. Aksi ini menjadi sorotan atas keprihatinan akan kondisi demokrasi dan hukum peradilan di Indonesia saat ini.